Jangan
tergesa-gesa menilai seseorang hanya dari bentuk lahiriah saja. Pesan
penting ini diucapkan oleh lisan bayi yang masih menyusui.
Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam riwayat Al-Bukhari dan
Muslim melalui shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu pernah berkisah
tentang tiga bayi yang bisa berbicara dan bercakap-cakap di masa Bani
Israil. Inilah kuasa dan tanda kebesaran Allah. Bisu dan bicara adalah
hak Allah untuk menentukannya pada makhluk. Binatang dan benda-benda
mati pun mampu berbicara dengan izin dari Allah.
Selain
Nabi Isa ‘Alihissallam dan bayi yang dilahirkan seorang wanita nakal
lalu dituduhkan sebagai anak Juraij -seorang ahli ibadah terkenal- ,
masih ada lagi bayi yang dikisahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam mampu bercakap-cakap dengan ibunya. Jangan heran! Allah maha
mampu untuk melakukan apa saja.
Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bertutur bahwa dahulu kala, seorang ibu sedang
menyusui anaknya. Tidak lama berselang, melintaslah seseorang yang
mengendarai seekor kuda. Gagah dan kuat. Pakaiannya pun terlihat mewah
dan mahal. Langsung saja sang ibu mengatakan, “Ya Allah, jadikanlah
putraku ini kelak seperti orang itu.”
Seketika itu
juga, putranya yang masih bayi berhenti menyusu lalu melihat dan
memperhatikan orang tersebut. Apa kata si bayi? “Ya Allah, janganlah
Engkau jadikan diriku seperti orang itu.” Setelah itu ia kembali
menyusu.
Beberapa saat berikutnya, nampak terlihat
seorang gadis sedang dipukuli oleh sekelompok orang sambil mereka
berteriak, “Dasar Pelacur! Dasar pencuri!” Sementara sang gadis hanya
mengucapkan, “Hasbiyallah wa ni’mal wakil” Melihat kejadian tersebut,
sang ibu berdoa, “Ya Allah, janganlah Engkau jadikan putraku seperti
gadis itu.”
Mendengar doa sang ibu, bayi itu berhenti
menyusu lalu melihat dan memperhatikan kondisi si gadis yang sedang
dipukuli. Apa kata si bayi ? “Ya Allah, jadikanlah diriku seperti gadis
itu.”
Sang ibu heran dan terkejut! Lalu terjadilah sebuah percakapan ringan antara ibu dan anak.
“Aneh!
Saat orang gagah itu lewat melintas, aku mengatakan, ‘Ya Allah
jadikanlah putraku kelak seperti orang itu.’ Kenapa engkau malah
mengatakan, ‘Ya Allah, janganlah Engkau jadikan diriku seperti orang
itu.’ Berikutnya, ketika orang-orang itu menggiring seorang gadis sambil
dipukuli dan diteriaki ‘Dasar pelacur! Dasar pencuri!’ aku mengatakan,
‘Ya Allah, janganlah Engkau jadikan putraku seperti gadis itu.’ Kenapa
engkau malah mengatakan, ‘Ya Allah, jadikanlah diriku seperti gadis
itu,’?” tanya sang ibu.
Putranya yang masih bayi
menyusui lalu menjelaskan, “Orang gagah itu adalah seorang yang sombong
dan congkok. Oleh sebab itu, aku berdoa, ‘Ya Allah, janganlah Engkau
jadikan diriku seperti orang itu.’ Gadis itu dituduh berzina padahal ia
tidak melakukannya. Gadis itu dituduh mencuri padahal ia tidak
melakukannya. Oleh sebab itu, aku berdoa, ‘Ya Allah, jadikanlah aku
seperti gadis itu (yang selamat dari maksiat).”
Subhanallah!
Kisah mengagumkan!
Ia
selalu bersedekah, membantu yang tidak mampu, menymbangkan harta dan
selalu disebut-sebut sebagai seorang dermawan. Padahal ia selalu
mengungkit-ungkit semua yang pernah ia berikan.
Wajahnya cantik
rupawan atau gagah menyenangkan. Tidak ada cacat barang setitik. Selalu
menjadi lambang dan buah bibir orang-orang. Sayang, hatinya jahat dan
penuh kedengkian.
Tinggi kedudukan dan jabatannya. Ia
dipuja dan disanjung sebagai seorang tokoh ternama. Hanya sedikit yang
tidak mengenalnya. Hanya saja, semua itu ia peroleh dengan cara-cara
lotor dan curang.
Pakaiannya agamis. Cara berbicara dan tutur
katanya begitu sopan. Masjid tidak pernah ia tinggalkan. Tanda-tanda
ibadah nampak di wajahnya. Ternyata, hatinya dipenuhi dengan riya’ dan
sum’ah. Na’udzu billah min dzalik.
Alangkah tentramnya
kehidupan seorang hamba yang bertaqwa dan selalu merasa cukup, qana’ah.
Hidupnya tidak dikenal oleh banyak orang. Ia sibuk dengan ibadah kepada
Allah dan menggembalakan kambing di lereng-lereng bukit. Ia benci
popularitas. Ia benci germelap dunia. Ia tidak suka kedudukan dan
sanjungan. Hanya Allah tujuannya. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa
sallam menggambarkan kedekatannya kepada Allah:
“Tidak
sedikit hamba yang tubuhnya diselimuti debu. Ia diusir dari pintu ke
pintu. Padahal, seandainya ia bersumpah dengan nama Allah, pasti Allah
akan wujudkan sumpahnya.” [H.R. Muslim, dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu].
Sungguh! Biarlah hina di mata manusia, asalkan
mulia dan terpandang di sisi Allah. Apa senangnya menjadi hamba yang
dibenci Allah, walaupun disanjung dan dipuji manusia. Janganlah
terburu-buru menilai seseorang hanya dari penampilan luarnya. Barangkali
orang yang anda pandang hina dan rendah, jauh lebih mulia di sisi
Allah.